Seorang supir sebuah taxi mengeluh kepada saya " andaikan membunuh tidak berdosa, maka saya akan bunuh anak saya sendiri ". Tentu saja saya terkejut mendengar pernyataan itu. Namun setelah dia bercerita latar belakang kekecewaanya sehingga saya menemukan jawaban bahwa si sopir tersebut mengeluhkan tingkah laku anaknya yang sudah diluar kewajaran dalam berprilaku yang tidak baik, semua perbuatan jelek sudah dilakukan mulai dari berkata kotor , bikin onar, mencuri, narkoba dan seterusnya kecuali menghilangkan nyawa (na'udzubillah).
" Saya sekarang taubat dan menyesali yang selama ini tidak memperhatikan anak saya, dia saya terlantarkan" aku bapak tersebut dengan semangat menunjukkan bahwa dia semakin sadar.
Seperti kita maklumi bersama, sekarang banyak kita dapatkan di negeri ini, generasi kita yang masih berusia anak - anak namun sudah terkenal karena perbuatan "istimewanya" dari memperkosa, minum, sodomi hingga membunuh. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya antara lain :
Pengaruh tayangan televisi, media informasi dan sejenisnya, dengan sangat terbuka dalam menayangkan adegan kekerasan bahkan memperlihatkan kucuran darah segar dalam sebuah adegan pembunuhan. Apalagi kalau sudah anak - anak teebius oleh sinetron (bersambung) yang menceritakan kisah cinta seseorang dan berebut pacar sampai berakhir pada teror dan saling membunuh, sampai saya tidak percaya bahwa ini adalah negeri saya sendiri, belum lagi mainan PS yang hampir pasti menjadi santapan anak - anak setiap hari, saya melihat ada kaset yang mempertontonkan betapa kemarahan seorang actor dalam suatu adegan kekerasan dima dia seumur- umur pekerjaanya membunuh orang dengan membabi buta siapapun yang tidak disukai pasti dia bunuh dengan golok yang menyeramkan, tetapi adegan ini setiap hari dilihat anak - anak dengan bebas. Jangankan sholat, makan bahkan tidurpun sampai mereka lupakan.
Realitas lingkungan sekitar kita dan kegelisahan supir kenalan saya adalah satu contoh dari jutaan kenyataan kisah anak di negeri kita bahwa anak menjadi korban keganasan lingkungan yang mengajarkan dia untuk berbuat yang tidak baik, maklum teman - temannya juga melaksanakan perbuatan tidak baik karena setiap hari dia melihat, kemudian dia ikuti maka akhirnya anak tersebut menjadi bagian dalam perbuatan kotor setiap hari.
Perhatian dan pembimbingan orang tua menjadi kebutuhan utama dalam mendidik anak. "jujur saya pak, saya memang tidak pernah memperhatikan anak saya. Saya justru hidup menjadi gelandangan yang tidak punya tujuan" aku seorang supir kenalan saya itu. Disisi lain anaknya hidup pada lingkungan bobrok sementara pembimbingan ke arah baik sama sekali tidak ada.
Posisi strategis di sini adalah peran orangtua baik dalam konteks formal maupun nonformal. Kembali lagi ke Alqur'an, maka Allah SWT telah memberikan informasi penting sekaligus sebagai pedoman kepada kita bahwa didalam QS. Al furqon 74, Al Kahfi 42, QS. Al An'fal 28, QS. Attaghobun 14-15
Ternyata ada anak - anak kita labelnya adalah Qurrota A'yun (Penyejuk pandangan mata), Zinatul Hayatiddunya (Penghias kehidupan dunia), Fitnatun lakum (ujian bagi orang tua), dan 'Aduwwun lakum (musuh bagi orangtua).
Siapapun pasti takut jika anak - anaknya menjadi fitnah dan musuh dalam kehidupan dunia, maka keluhan supir di atas bisa kita fahami sebab sebagai orangtua tidak hanya malu setiap mendengar berita tentang keburukan perilaku anaknya tapi juga kasihan akan masa depan anaknya, terkadang orangtua berfikir bagaimana mengahadapi pertanggungjawaban disisi Allah SWT nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar